[Pojok Visual Novel] Kanojo to Ore no Lovely Day

Apa yang sangat diiginkan semua orang ketika berpacaran? Iya, tentu saja selalu bersama dengan pasangannya kapanpun dan dimanapun. Setidaknya itulah yang tersirat dalam judul dari karya terbaru parasol di tahun 2017 yaitu Kanojo to Ore no Lovely Day (Hari-hari penuh cinta bersamaku dan dia). Ketika Visual Novel ini rilis, sempat terjadi adu argumen antara saya dan admin –Onitan- disebabkan konsep cerita yang terlalu menonjolkan sisi cerita slice of life. Tapi apa benar Visual Novel ini mengecewakan? Baca ulasannya berikut ini!
Konsep yang memang biasa (tapi juga berbeda)
Mungkin kesan pertama kali dari memainkan Visual Novel ini adalah ‘aneh’. Karena di adegan pertama akan langsung ditemui adegan dimana Si karakter utama, Aoi Shou, meminta adiknya, Haruka untuk memperlihatkan celana dalamnya. Dengan alasan sebagai bahan referensi untuk membuat boneka figur. Visual Novel ini juga konsep ceritanya biasa saja, dengan cerita kehidupan sekolah ditambah romansa SMA. Tidak ada Science Fiction, hantu, reinkarnasi dan hal-hal aneh lainnya yang bisa kita temui di karya Parasol sebelumnya yaitu Hare Nochi Kitto Nanohana BIyori.
Semua laki-laki pasti ingin jadi Shou
Bagaimana tidak. Sekolah Sakuramori memiliki sistem asrama bagi para siswanya, nah enaknya adalah asrama ini adalah asrama campur. Jadi tidak ada bangunan khusus antara laki-laki dan perempuan, begitu juga pembagian kamar, serta batasan untuk keluar masuk kamar lawan jenis. Enak, kan?

Enak, kan? Bangun-bangun ada beginian?
Situasi ini juga mendukung untuk terciptanya sebuah judul Lovely Day. Karena dengan tidak adanya batasan antara laki-laki dan perempuan di asrama, kita bisa bersama pacar kita kapanpun, dimanapun, dan melakukan ‘hal’ apapun.
Murid-murid beasiswa berprestasi
Meskipun tinggal di asrama sekolah kelihatannya enak sekali, bukan berarti semua bisa tinggal di sana. Yang diperbolehkan untuk tinggal di asrama adalah siswa yang masuk Sakuramori melalui beasiswa, atau siswa yang benar-benar berprestasi. Tapi itu juga tidak wajib. Nah kenapa Shou bisa di sana?
Shou memang awalnya tidak tinggal di asrama meski dia salah satu siswa yang menggunakan jalur beasiswa. Tepatnya beasiswa dari kemampuannya melukis. Kewajiban dari murid beasiswa adalah setiap tahunnya harus mengeluarkan setidaknya satu karya dan itu juga harus mendapat juara. Setelah Shou masuk sekolah dengan jalur beasiswa yang notabene gratis, alih-alih melukis dia malah membuat boneka figur.
Kegiatannya tersebut diketahui ayahnya dan dia disuruh untuk pindah ke asrama dengan alasan agar bisa lebih berkonsentrasi untuk melukis.
Hobi yang berubah menjadi beban hidup
Mengapa Shou malah membuat boneka figur? Bukannya melukis? Ini semua berawal dari konsep beasiswa tadi. Shou dari dulu sangat menyukai kegiatan melukis dari kecil. Selama ada waktu luang dia pasti melukis dan menghasilkan sebuah karya yang bagus. Tentu saja dengan kemampuannya itu dia akhirnya bisa masuk sekolah Sakuramori melalui jalur beasiswa.

Ketika hobi jadi tidak menyenangkan lagi
Kemudian apa yang terjadi jika hobi yang kita sukai itu menjadi sebuah beban karena tidak lagi dilakukan demi kesenangan pribadi, tapi menjadi kewajiban demi mempertahankan status murid jalur beasiswa? Gara-gara hal tersebut Shou mengalami slump sehingga dia takut untuk melukis. Dia tidak mampu untuk melukis, karena dia tidak merasa senang. Maka dari itu dia mencari hobi baru yaitu membuat boneka figur.
Mencari model untuk dilukis
Masalah inilah yang sebenarnya menjadi kunci utama dari Visual Novel ini. Menyadari dirinya tidak mampu untuk melukis lagi, dia berusaha untuk mencari cara agar bisa menyukai lagi dunia melukis. Karena itu dia mencari model yang bisa dia gambar di kanvas untuk diikutsertakan dalam lomba. Berawal dari sini, hari-hari Shou bersama kekasihnya yang sekaligus jadi modelnya dimulai.
Kemudian siapa saja calon modelnya? Ada empat yang bisa dipilih, mari dibahas satu-satu.
Mashiro Yuka
Teman masa kecil Shou. Gadis yang cool dan terkenal akan kebaikannya. Tidak hanya itu dia juga pintar sekali. Saking pintarnya nilainya tidak pernah dibawah 99/100. Luar biasa.
Sebagai teman masa kecil, tentu saja Yuka tahu kemampuan melukis Shou. Dan yang pertama kali memuji karya Shou dan menjadi fansnya adalah Yuka. Inilah yang mebuat Shou sangat tekun dalam hobi melukisnya.
Aoi Haruka
Adik kandung Shou. Sangat perhatian dan menyukai kakaknya, sampai-sampai saat Shou pindah ke asrama Haruka menangis di rumah dan meminta orangtuanya agar Shou tidak pindah ke Asrama. Awalnya Haruka selalu membuatkan bekal makan siang untuk kakaknya, namun itu semua hilang disaat Shou memiliki pacar.
Akamine Shizuka
Adik kelas Shou. Shizuka bukan murid biasa, dia adalah idol yang terkenal se-Jepang. Tidak mungkin ada yang tidak mengenal Shizuka, kecuali Shou sendiri. Kemampuannya sebagai idol tidak diragukan lagi, namun kemampuan aktingnya juga luar biasa. Meski begitu dia juga sering linglung dan sering salah masuk kamar Shou dalam keadaan telanjang.
Kongo Alice
Murid pindahan dari Kanada. Dia juga murid jalur beasiswa melalui kemampuan memanahnya, yang juga pernah mendapat juara di turnamen nasional Kanada. Alice merupakan gadis yang periang dan seakan tidak pernah terlihat bersedih. Namun itu semua berubah ketika rahasia Alice diketahui oleh Shou.
Semua dibuat demi Lovely Day!
Jika bicara tentang kesesuaian antara judul dan isi Visual Novel ini memang sangat sangat pas. Semua isi cerita baik secara keseluruhan maupun cerita per rutenya dipenuhi kegiatan sehari-hari bersama seorang kekasih, baik dari bangun pagi, di sekolah, sampai ‘kegiatan’ malam.
Dimulai dari Fanservice hampir setiap karakter, bahkan karakter sampingan seperti Kurokawa Moe, kakak kelas Shou sekaligus ketua ekskul kesenian, yang dimana Shou juga merupakan anggota ekskul kesenian
Antara Hobi, Kewajiban, dan Pekerjaan
Di akhir-akhir cerita di setiap rute, Kurokawa Moe, memberikan satu nasihat kepada Shou. “Aku suka sekali anime, dan manga, makanya aku tidak ingin menjadikannya pekerjaan. Karena jika itu sudah jadi sumber pemasukan, aku tidak bisa lagi menyukainya sama seperti saat ini.” Dari kata-kata tersebut kita diajak untuk memikirkan kembali apa hakikat dari hobi, kewajiban, dan sebuah pekerjaan
Pekerjaan itu bisa jadi sebuah kewajiban yang bukan merupakan hobi kita, oleh karena itu kadangkala kita ingin hobi kita jadi pekerjaan. Namun bukannya jika sebuah hobi sudah jadi pekerjaan dan sudah menjadi kewajiban, terus membencinya karena membebani kehidupan kita, bukannya itu bukan hobi lagi?
Memang tidak semua orang berpikiran begitu, tapi Parasol mengingatkan kita kembali hal tersbut melalui Visual Novel Kanojo to Ore no Lovely Day agar kita tidak salah ambil keputusan.
Pendapat pribadi
Bicara mengecewakan atau tidak itu masalah selera, tidak perlu ribut dengan teman gara-gara masalah selera. Tapi Jika ditanya Visual Novel ini layak main atau tidak, tentu saja layak, bagi yang memang suka slice of life dan tidak mau berpikir berat-berat tentang masalah reinkarnasi, fisika atau mencari siapa pelakunya. Dan perlu diingat bagi saya meski memang porsi H-Scene lebih banyak, Kanojo to Ore no Lovely Day bukan Visual Novel yang menjual H-Scene, tetap membawa cerita yang bagus, meski memang sedikit membosankan. Membosankan karena tidak ada CG dan pengisi suaranya.
Pojok Visual Novel | oleh Robet Fujita
Data Visual Novel
Judul | Kanojo to Ore no Lovely Day |
Judul Asli | 彼女と俺の恋愛日常 |
Produksi | Parasol |
Tanggal Rilis | 27 Januari 2017 |
Durasi | Sedang (10-30 Jam) |
Situs Resmi | parasol-soft.com |
Akun Twitter | https://twitter.com/parasol_soft |
Patch | Tidak Ada |
0 Comments